Indonesia lahir dari penjara. Di Banceuy, Jawa Barat. Oleh seorang pemuda yang sedang duduk menulis diatas kaleng tempat kotoran. Berkawankan ruangan 1.5 x 2.5 meter, dan setumpuk buku, ia mulai menulis masa depan. Takdir yang ditetapkan Tuhan kepada bangsa dan negaranya. Dari penjara lahir gagasan tentang nation state. Landasan Indonesia. Pemuda itu, Soekarno, menulis salah satu pembelaan terbaik sepanjang sejarah: Indonesia Menggugat. Didalam penjara.
Dibantu istrinya Inggit, yang tekun menyelundupkan buku lewat stagen. Ia mulai menjebol pintu, merusak terali, dan menghancurkan tembok. Dengan ide. Dari penjara pikirannya mendunia. Penjara bisa memasung raganya, tapi takkan pernah mampu menahan cita-citanya yang telah melanglang buana. Penjara takkan mampu menahan ketetapan Sang Pencipta: bangsa Indonesia akan merdeka.
Penjara mengajaknya bercanda. Berkenalan dengan Marx, membaca Sun Yat Sen, mengutip Albarda, meresume karya Snouck Hugronje. Tak kurang ada sekira 66 nama tokoh yang dikutip Soekarno. Sebut saja Anton Menger, August de Wit, Bauer, Boeke, Brailsford, Brooshooft, Clive Day, Colenbrander, Daan van der Zee, de Kat Angelino, Dietrich Schafer, Dijkstra, Duys, Engels, Erskin Childres, Federik Peter Godfried, FG Waller, Gonggijp, Henriette Roland Holsts, Herbert Spencer, HG Wells, Houshofer, Huender, Jaures, John Robert Seeley, dan Jozef Mazzini.
Ada juga Jules Harmand, Karl Kautsky, Karl Renner, Kilestra, Koch, Kraemer, Lievegoed, Mac Swiney, Manuel Quezon, Michael Davitt, Multatuli, Mustafa Kamil, Parvus, Peter Maszlow, Pieter Veth, Raffles, Reinhard, Rouffaer, Rudolf Hilferding, Sandberg, Sarojini Naidu, Schrieke, Scmalhausen, Sister Nivedita, Sneevliet, Stokvis, Treub, Troelstra, van den Bergh van Eysinga, van Gelderen, van Heldingen, van Kol, van Lith, dan Vleming*.
Continue reading Penjara →




