
Apalah artinya sebuah nama? Shakespeare bertanya. Banyak, sangat banyak. Aristotle mengabdikan hidupnya untuk menghasilkan taksonomi nama-nama hewan dan tumbuhan. Para ahli pemasaran menghabiskan jutaan dollar untuk membangun sebuah nama. Merek. Brand bahasa kerennya.
Nama bukan hanya panggilan. Nama adalah penanda. Identitas. Penuh semiotika makna. Dalam kasus pemasaran, ada banyak cerita tentang sebuah nama. Toyota pernah menjadi bahan tertawaan karena masuk ke pasar AS dengan nama Toyopet. Mereka baru sukses di pasar AS setelah mengeluarkan brand dengan nama eksklusif: Lexus.
Tapi saya tidak akan berbicara tentang branding dalam marketing. Anda pasti lebih ngerti daripada yang nulis tulisan sampah ini. Saya hanya ingin menulis tentang pentingnya sebuah nama bagi manusia, dan betapa kita (terutama saya) sering melupakan makna dari sebuah nama.
Service Excellence
Ide tulisan ini lahir ketika saya mengikuti seleksi wawancara untuk menjadi tukang gali batu bara. Setelah 2x tes tulis, dan 3x wawancara (serius wawancara sampe 3x!), akhirnya saya bertemu direksi. Direktur perusahaan ini orangnya asyik, menyenangkan. Dan setelah satu jam ngobrol ngalor ngidul-kanan kiri disertai penuh tawa, tiba-tiba dia bertanya:
“Oh ya, siapa tadi nama saya?”
Mak Jleb!!!… Rasanya seperti kejatuhan kapas 100kg yang dilempar dari menara 100 lantai dengan kecepatan 100km/jam. Biarpun kapas, karena beratnya 1 ton, tetep sakit juga.
Saya lupa. Blank. Itulah kelemahan orang supel seperti saya. Sangat mudah membangun keakraban, tapi sering tidak memperhatikan detail. Sangat sering, saya disapa orang yang sudah tidak saya ingat lagi namanya. Bahkan pernah, saya bertemu seseorang Continue reading Anonymous






