Seperti yang sudah saya janjikan sebelumnya, terlampir materi training yang saya ikuti kemarin. Ini cuma perkenalan, untuk lebih lengkapnya silahkan membaca buku2 tentang graphology yang sudah tersebar luas.
Semoga berguna 🙂 klik gambar dibawah ya:








Seperti yang sudah saya janjikan sebelumnya, terlampir materi training yang saya ikuti kemarin. Ini cuma perkenalan, untuk lebih lengkapnya silahkan membaca buku2 tentang graphology yang sudah tersebar luas.
Semoga berguna 🙂 klik gambar dibawah ya:
Sabtu kemarin saya iseng-iseng mengikuti pelatihan analisa sidik jari dan tulisan tangan (graphology). Lumayan lah bisa belajar hal baru. Untuk yang sidik jari, nanti saya bagi materinya (insya Allah saya scan dan upload besok). Nah, untuk tulisan tangan, setidaknya ada 10 hal yang bisa kita lakukan untuk sebuah analisa sederhana.
Sebelumnya, kita butuh tulisan tangan, bukan nasi putih dan bawang yang sudah dihaluskan. Karena kita mau membedah tulisan tangan, dan bukan masak nasi goreng. Silahkan menulis dengan tema bebas. Misalnya: impian saya 10 tahun lagi. Tulisan itu harus ditulis di kertas polos tanpa garis. Kenapa? Karena jika ditulis diatas batu, prasasti namanya. Udah ah, nanti ada penjelasannya. Bisa satu halaman. Lebih banyak lebih baik. Karena semakin lama menulis, karakter penulisan akan semakin keluar.
Udah punya tulisan tangan? Jangan lupa dibubuhi tanda tangan. Sekarang coba lakukan 10 langkah ini:
Nah, Apa kata tulisan tangan Anda?
Karena krisis Eropa, tahun ini tidak ada outing di kantor saya (perintah dari kantor pusat di London sono). Hore-hore-hore. Loh koq seneng? Iya donk, karena berarti ada alesan untuk traveling :D.
Ketika Gandhi pertama kali datang dari Afrika Selatan, hal yang pertama kali ia lakukan adalah membeli tiket kereta api lalu mulai berkeliling ke seluruh India. Gandhi tahu, ia tidak akan mengenal negerinya, jika tidak pernah mengunjunginya. Bangsa bukanlah tumpukan catatan administrative, atau fenomena sosiologis yang bisa ditelaah secara teoritis.
Untuk bisa mengenal sebuah bangsa, Anda harus berkenalan dengan manusianya. Dan itu juga berarti melihat kehidupan mereka, mendengarkan suaranya, bertukar cerita, dan menghargai keluhuran budaya yang ada. Dan saya ingin meniru Gandhi. Saya ingin menghirup nafas Indonesia sesungguhnya. Berkenalan dengan orang di dalamnya. Mendengarkan cerita. Berbagi dengan mereka.
Untuk itu, ada satu daerah yang ingin saya kunjungi, provinsi paling barat dari Indonesia: Daerah Istimewa Aceh. Kapan?
Itu dia masalahnya. Nasib sebagai kacung membuat kita tidak bisa mengatur waktu libur seenak udel. Pilihan ada di libur panjang bulan ini. Nah, sayangnya waktu tempuh ke Aceh lama amir. Bisa menempuh waktu 4-5 hari dengan jalur darat. Kan pesawat uda ada?
Eits, mana seru!. Justru yang dicari petualangan melintasi trans Sumatera lewat jalur daratnya itu loh. Kali aja dapet suguhan bajing lonjat kaya di berita-berita. Hehehe. Pulangnya baru boleh naek pesawat. Sehingga dihitung-hitung bos, waktu seminggu tidaklah cukup.
Masalah kedua: -masalah klasik- biaya hehe. Sungguh lucu Indonesia ini, biaya trip ke Aceh bisa lebih mahal daripada plesiran ke Negara tetangga. Pesawat ke Aceh bisa kena sejuta (paling murah). Kalo bus kena 600rb (bandingkan dengan tiket promo 150rb ke KL yang saya dapatkan). Sehingga dari Jakarta, kita harus menyiapkan budget sekitar 3 juta. Dengan budget yang sama, kita sudah bisa traveling ke Asia Tenggara.
Bismillah, mari berdoa semoga Tuhan memberikan kesempatan.
Ada yang mo join backpacking atau mau memberi tumpangan? Leave it on your comment ya! 😀